A.
Latar Belakang
Seorang guru dalam mengajar
menginginkan materi pelajaran yang disampaikannya dapat dikuasai oleh siswa,
begitu juga siswa belajar menginginkan perubahan dalam dirinya serta meraih
prestasi yang bagus. Seorang guru yang baik adalah guru yang memahami dan
menghormati murid, menghormati bahn pelajaran yang diberikannya, mengaktifkan
murid dalam belajar, mempunyai tujuan tertentu dengan tiap pelajaran yang
diberikannya, dan yang tidak kalah pentingnya adalah seorang guru harus mampu
menyesuaikan metode dan strategi mengajar dengan bahan bahan pelajaran.
Strategi pembelajaran adalah suatu
hal yang penting dalam sebuah proses belajar mengajar dan untuk saat ini dalam
pembelajaran yang dibutuhkan adalah strategi-strategi yang bisa membuat siswa
aktif dalam mengikuti semua proses belajar mengajar, dan salah satunya strategi
yang bisa mengaktifkan siswa adalah strategi pembelajaran Listening Team.
Dalam hal ini kami akan mengulasnya dalam materi fikih ibadah “Shalat”.
B.
Pengertian Listening Team
Pengertian operasional dari
Listening Team adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari
suatu konsep atau prinsip atau keterampilan tertentu melalui proses kegiatan
atau latihan yang melibatkan indera pendengaran. Penggunaan Listening Team
dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran
siswa (di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong
siswa agar tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung.
Strategi ini membantu siswa untuk
tetap berkonsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode
ceramah. Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran
melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok
siswa.[1] Strategi
Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang mempunyai tugas atau
tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran sehingga akan
diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Yang
mana diawali dengan pemaparan pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing.
Misal, 40 orang dalam suatu kelas dibagi menjadi 4 kelompok.
C.
Langkah-langah Strategi Pembelajaran Listening Team
Ada beberapa prosedur yang digunakan
dalam strategi pembelajaran Listening Team, yang mana diuraikan oleh Sekar Ayu
Aryani dkk sebagai berikut:
1.
Bagi
peserta didik menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah
satu dari tugas-tugas berikut ini:
a.
Penanya
Bertugas
membuat pertanyaan minimal dua berkaitan dengan materi yang baru saja
disampaikan.
b.
Pendukung
Bertugas
mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari materi yang baru
saja disampaikan dan member alasan kenapa.
c.
Penentang
Bertugas
mencari ide-ide yang tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi
yang baru disampaikan dengan memberi alasan kenapa.
d.
Pemberi
Contoh
Bertugas
member contoh spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan pengajar.
2.
Sampaikan
materi pelajaran dengan metode ceramah. Setelah selesai, beri kesempatan kepada
masing-masing kelompok untuk menyelesaikan tugas mereka.
3.
Minta
masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka.[2]
Menurut Ahmad Sabri, Strategi
Belajar Mengajar & Micro Teaching Prosedur yang digunakan dalam
strategi pembelajaran Listening Team adalah sebagai berikut:
1.
Bagilah
siswa menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok mendapat salah satu dari
tugas berikut ini : Tim Peran Tugas
2.
Penanya
Setelah pelajaran yang didasarkan ceramah
selesai, Penanya yang bertugas membuat minimal dua pertanyaan mengenai materi
yang baru saja disampaikan.
3.
Orang
yang setuju. Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, menyatakan
poin-poin mana yang mereka sepakati (atau membantu) dan menjelaskan mengapa
demikian. Dan Kelompok kedua ini merupakan kumpulan orang yang menjawab
berdasarkan perspektif tertentu. Atau disebut juga sebagai kelompok Pendukung
yang bertugas mencari ide-ide yang disetujui atau dipandang berguna dari materi
pelajaran yang baru saja disampaikan dengan memberi alasan “mengapa kami
setuju”.
4.
Orang
yang tidak Setuju. Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai,
mengomentari tentang poin mana yang tidak mereka setujui (atau tidak membantu)
dan menjelaskan mengapa demikian. Atau Kelompok ketiga ini merupakan kumpulan
orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua. Atau
disebut juga sebagai kelompok Penentang yang bertugas mencari ide-ide yang
tidak disetujui atau dipandang tidak berguna dari materi pelajaran yang baru
saja disampaikan dengan memberi alasan. Perbedaan ini diharapkan memunculkan
diskusi yang aktif yang ditandai oleh adanya proses dialektika berpikir,
sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan struktural.
5.
Pemberi
Contoh Setelah pelajaran yang didasarkan pada ceramah selesai, memberi
contoh-contoh khusus atau aplikasi materi. Atau merupakan kelompok yang
bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi. Serta Pemberi
Contoh yang spesifik atau penerapan dari materi yang disampaikan guru dengan
memberikan alasan.
6.
Sampaikan
materi pelajaran dengan metode ceramah yang didasarkan pada sesi tatap muka.
Setelah selesai, berilah kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
menyelesaikan tugas mereka dan beberapa saat untuk mengomentari tugas-tugas
mereka.
7.
Mintalah
masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil dari tugas mereka. Baik itu
akan menimbulkan kegiatan bertanya, sepakat, dan sebagainya. Guru hendaknya
memperoleh partisipasi peserta didik dari pada yang pernah guru bayangkan.
8.
Beri
klarifikasi secukupnya.[3]
D.
Prinsip-prinsip Strategi Pembelajaran Listening Team
Penggunaan strategi Listening Team
akan mencapai tujuan yang maksimal apabila memenuhi prinsip-prinsip di bawah
ini :
a.
Pelaksanaannya
dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.
b.
Semua
siswa harus terlibat sesuai dengan peranannya.
c.
Penentuan
topik disesuaikan dengan kemampuan kelas, tingkat sekolah dan situasi tempat.
d.
Materi
yang dipilih hendaknya terkait persoalan yang relatif banyak menimbulkan
pertanyaan dan pendapat.
e.
Materi
yang diajukan hendaknya dapat juga menumbuhkan pertimbangan dari berbagai
pihak.[4]
E.
Variasi Kegiatan Strategi Pembelajaran Listening Team
1.
Buatlah
peran lain. Sebagai contoh, perintahkan sebuah tim untuk mengikhtisarkan
pengajaran berbasis-ceramah, atau mintalah sebuah tim untuk membuat pertanyaan
yang menguji pemahaman siswa tentang materi pelajaran.
2.
Ajukan
pertanyaan-pertanyaan terlebih dahulu, yang mana jawabannya akan ditemukan
dalam penyajian materi pelajaran. Perintahkan siswa untuk mendengarkan dengan
cermat guna mendapatkan jawabannya. Tim yang dapat menjawab sebagian besar
pertanyaan akan menang.[5]
F.
Kelebihan dan Kekurangan Strategi Pembelajaran Listening Team
1.
Kelebihan
a.
Interaksi
antara siswa memungkinkan timbulnya keakraban.
b.
Strategi
ini menimbulkan respon yang positif bagi siswa yang lamban, kurang cakap, dan
kurang motivasinya.
c.
Listening
Team melatih siswa agar mampu berfikir kritis.
d.
Siswa
tidak terlalu bergantung pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri.
e.
Dapat
mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan.
f.
Dapat
mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri serta
menerima umpan balik.
g.
Dapat
meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berfikir.
2.
Kekurangan
a.
Efektivitasnya
dalam memajukan proses belajar mengajar belum terbuktikan oleh riset.
b.
Dalam
pelaksanaannya sering tidak terlibatkan elemen-elemen penting.
c.
Waktu
yang dihabiskan cukup panjang.
d.
Dengan
keleluasaan pembelajaran, maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka
tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.
e.
Penilaian
kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli
dalam pelaksanaannya.
f.
Mengembangkan
kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang.[6]
G.
Materi Fiqih Ibadah tentang Shalat Menggunakan Strategi
Pembelajaran Listening Team
a.
Pengertian Shalat
Shalat menurut bahasa adalah doa, sedangkan menurut syara’ berarti
menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah karena taqwa hamba kepada Tuhannya,
mengagungkan kebesaranNya dengan khusyu’ dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, menurut
cara-cara dan syarat-syarat yang telah ditentukan.[7]
Shalat hukumnya fardhu ‘ain. Ada lima waktu shalat dalam sehari
semalam, hal itu merupakan perkara agama yang harus diketahui. Kafir hukumnya
bagi orang mengingkarinya. Shalat mulai di fardhukan pada malam Isra’, sepuluh
tahun tiga bulan sesudah kenabian, tepatnya pada malam 27 Rajab. Shalat shubuh
belum di wajibkan pada malam itu karena belum diketahui tata caranya. [8]
b.
Ketentuan/ Dalil-dalil yang Mewajibkan Shalat
Dalil-dalil yang mewajibkan shalat banyak sekali, baik berupa
ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadist-hadist Nabi SAW. Ayat Al-Qur’an yang
mewajibkan shalat antara lain:
$ygr'¯»t úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qãè2ö$# (#rßàfó$#ur (#rßç6ôã$#ur öNä3/u (#qè=yèøù$#ur uöyø9$# öNà6¯=yès9 cqßsÎ=øÿè? )
ÇÐÐÈ
“Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu,
sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan.”
( Al-Hajj: 77)
(#qßJÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (#qè?#uäur no4qx.¨9$# (#qãèx.ö$#ur yìtB tûüÏèÏ.º§9$# ÇÍÌÈ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku' “ (Al-Baqarah: 43)
ÉOÏ%r&ur no4qn=¢Á9$# (
cÎ) no4qn=¢Á9$# 4sS÷Zs? ÇÆtã Ïä!$t±ósxÿø9$# Ìs3ZßJø9$#ur 3
ãø.Ï%s!ur «!$# çt9ò2r& 3
ª!$#ur ÞOn=÷èt $tB tbqãèoYóÁs? ÇÍÎÈ
“Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah
(shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan
Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ankabut:
45)
c.
Syarat-syarat Shalat
1.
Beragama Islam
2.
Sudah baligh
dan berakal
3.
Suci dari
hadast
4.
Suci seluruh
anggota badan, pakaian dan tempat.
5.
Menutup aurat,
laki-laki auratnya antara pusat dan lutut, sedangkan wanita seluruh anggota
badannya kecuali muka dan dua belah telapak tangan.
6.
Masuk waktu
yang telah ditentukan untuk masing-masing shalat.
7.
Menghadap
kiblat.
8.
Mengetahui mana
yang rukun dan mana yang sunah.[9]
d.
Rukun-rukun Shalat
1.
Niat Shalat
2.
Takbiratul
Ihram
3.
Berdiri bagi
yang mampu
4.
Membaca fatihah
setiap rakaat
5.
Ruku’
6.
I’tidal
7.
Sujud dua kali
8.
Duduk diantara
dua sujud
9.
Tuma’ninah
dalam ruku’, dua sujud, duduk diantara dua sujud dan I’tidal.
10. Tasyahud Akhir
11. Membaca shalawat kepada Nabi
12. Duduk karena melakukan tasyahud dan shalawat salam
13. Salam pertama
14. Tertib[10]
e.
Sunah Dalam Melakukan Shalat
Waktu
mengerjakan shalat ada dua sunah, yaitu sunah ab’adh dan sunah hai’at:
1.
Sunah
Ab’adh
a.
Membaca
tasyahud awal
b.
Membaca
shalawat pada tasyahud awal
c.
Membaca
shalawat atas keluarga Nabi SAW. Pada tasyahud akhir
d.
Membaca qunut
pada shalat shubuh dan shalat witir dalam pertengahan bulan Ramadhan, hingga
akhir bulan Ramadhan.
2.
Sunah
Hai’at
a.
Mengangkat
kedua belah tangan ketika takbiratul ihram, ketika akan ruku’ dan ketika
berdiri dari ruku’.
b.
Meletakkan
telapak tangan yang kanan di atas pergelangan yang kiri ketika berdekap
(sedakep).
c.
Membaca doa
iftitah sehabis takbiratul ihram
d.
Membaca
ta’awwudz ketika hendak membaca fatihah.
e.
Membaca amin
sesudah membaca fatihah
f.
Membaca surat
Al-Qur’an pada dua raka’at permulaan (raka’at pertama dan raka’at kedua)
sehabis membaca fatihah.
g.
Mengeraskan
bacaan fatihah dan surat pada raka’at pertama dan kedua pada shalat maghrib,
isya’ dan shubuh selain ma’mum.
h.
Membaca takbir
ketika gerakan naik turun.
i.
Membaca tasbih
ketika ruku’ dan sujud
j.
Membaca “Sami’allaahu
liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’ dan membaca “Rabbanaa lakal
hamdu ,,,” ketika I’tidal.
k.
Meletakkan
telapak tangan di atas paha waktu duduk bertasyahud awal dan akhir, dengan
membentangkan yang kiri dan menggenggam yang kanan kecuali jari telunjuk.
l.
Duduk iftirasy
dalam semua duduk shalat
m.
Duduk tawaruk
(bersimpuh) pada waktu duduk tasyahud akhir.
n.
Membaca salam
yang kedua
o.
Memalingkan
muka ke kanan dan ke kiri masing-masing waktu membaca salam pertama dan kedua.
f.
Hal-hal yang Makruh Bagi Mushalli
1.
Menoleh kearah
kanan dan kiri, kecuali apabila ada hajat atau sekedar melirik dengan matanya
saja.
2.
Memandang
keatas, atau pakaian yang bergambar, atau yang bisa menarik perhatian karena
akan menjadikan dia tidak khusyu’.
3.
Meludah selain
kearah kiri
4.
Membuka kepala
dan mata kaki
5.
Menahan hadast,
misalnya kentut, kencing maupun buang air besar.
6.
Shalat ketika
makanan sudah dihidangkan.
7.
Shalat di
tengah jalan umum, dan tempat pemungutan pungutan liar.
8.
Shalat di
kuburan, apabila tidak ada kejelasan kuburan tersebut telah digali.
9.
Shalat dengan
memakai sesuatu yang dighasab, baik tempat, pakaian maupun yang lain.[11]
g.
Hal-hal yang Membatalkan Shalat
Adapun
yang membatalkan shalat, ialah:
1.
Berhadast
kecil maupun besar, berdasarkan firman Allah SWT:
÷rr& uä!$y_ Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ,,,,
Artinya:
“Atau
jika salah seorang diantaramu, keluar dari kakus”, maksudnya buang air,
baik kecil maupun besar.
2.
Terkena
najis yang tidak bisa dimaafkan.
3.
Berkata-kata
dengan sengaja selain baca shalat, walaupun dengan satu huruf yang member suatu
pengertian
4.
Sengaja
meninggalkan sesuatu rukun atau syarat shalat tanpa ‘udzur, misalnya terbuka
auratnya, membelakangi kiblat. Nabi Muhammad pernah bersabda kepada orang Badui
yang tidak menyempurnakan Shalatnya:
اِرْجِعْ فَصَلِّ فَإنّكَ لَمْ تُصَلِّ (رواه البخارى)
Artinya:
“Kembalilah
shalat, karena engkau belum cukup shalatnya”. (H.R Bukhari).
5.
Tertawa
terbahak-bahak
6.
Bergerak
tiga kali berturut-turut.
7.
Mendahului
imam sampai dua rukun
8.
Murtad,
yakni keluar dari Islam[12]
h.
Bagian-bagian Shalat yang Sering Tertinggal atau Terlupakan
Sebagai manusia biasa kita sering lupa, demikian Nabi juga pernah
lupa dalam masalah shalat. Hal ini ada keterangannya dari Ibnu Mas’ud ra.,
beliau sendiri bersabda:
اِنّما اَنَا بَشَرٌ اَنْسى كَما تَنْسَوْنَ ؛ فإذَا نَسِيْتُ
فَذَكِّرُوْنِى (متفق عليه)
Artinya:
“Bahwasanya
aku ini hanya manusia, saya juga pernah lupa sebagaimana kalian lupa. Karena
itu jika aku lupa ingatkanlah aku”. (H.R. Bukhari-Muslim)
Bagian-bagian
yang sering tertinggal ada tiga macam:
1.
Lupa
melaksanakan yang fardhu
Jika yang dilupakan itu fardhu, maka tidak cukup diganti dengan
sujud sahwi. Jika dia telah ingat ketika ia sedang shalat, haruslah cepat-cepat
ia melaksanakannya, atau iangat setelah salam, sedang jarak waktunya masih
sebentar, maka wajiblah ia menunaikannya apa yang terlupakan,lalu sujud sahwi.
2.
Lupa
Melaksanakan Sunnat Ab’adh
Jika
yang terlupakan itu sunah ab’adh, maka tidak perlu diulangi, yakni kita
meneruskan shalat hingga selesai, dan sebelum salam kita disunahkan sujud
sahwi.
3.
Lupa
Melaksanakan Sunnat Hai’at
Jika
yang terlupakan itu sunah hai’at, maka tidak perlu diulangi apa yang dilupakan
itu, dan tidak perlu sujud sahwi.
Lafadz
sujud sahwi:
سُبْحَانَ مَنْ لاَيَنَامُ وَلاَيَسْهُوْا
Artinya:
“Maha
suci Allah yang tidak tidur dan tidak lupa.”
Sujud sahwi hukumnya sunah, dan letaknya sebelum salam, dierjakan
dua kali sebagaimana sujud biasa. Apabila orang bimbang atau ragu-ragu tentang
jumlah bilangan raka’at yang telah dilakukan, haruslah ia menetapkan yang
yakin, yaitu yang paling sedikit dan hendaklah ia sujud sahwi.[13]
H.
Penutup
Kesimpulan
Penggunaan Listening Team dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada pengoptimalan indera pendengaran siswa
(di samping indera lainnya), diharapkan secara tepat dapat mendorong siswa agar
tetap fokus dan siap siaga selama proses pembelajaran berlangsung.
Strategi ini membantu siswa untuk
tetap berkonsentrasi dan terfokus dalam pelajaran yang menggunakan metode
ceramah. Strategi Listening Team ini bertujuan membentuk kelompok yang
mempunyai tugas atau tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran
sehingga akan diperoleh partisipasi aktif siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Al Mutamakkin, Yahya. 2003. Terjemah Bidayatul Hidayah.
Semarang: PT. Toha Putra
Ayu Aryani, Sekar. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insani Madani
Ma’ruf, Tolhah, dkk. 2012. Fikih Ibadah Panduan Lengkap
Beribadah Versi Ahlussunnah, Jawa Timur: Lembaga Ta’lif Wannasyr PP. Al
Falah Ploso Mojo
Rifa’I, Muhammad. 1978. Fiqih
Islam Lengkap.
Semarang: PT. Karya Toha Putra
2009. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang: PT. Karya
Toha Putra
Sabri, Ahmad. 2007. Strategi
Belajar Mengajar & Micro Teaching, Ciputat: PT. Ciputat Press
Sanjaya, Wina. 2007. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Ed. 1 Cet. 2. Jakarta:
Kencana
Silberman, L. Melvin. 2012. Aktive Learning 101 Cara Belajar
Siswa Aktif. Bandung: Nuansa
Zainuddin bin Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani. 2009. Terjemah
Fathul Mu’in Jilid 1. Bandung: Sinar Baru Algensindo
[1] Wina Sanjaya,
2007, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Ed.
1 Cet. 2, Jakarta: Kencana, h. 145
[2] Sekar Ayu
Aryani dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insani
Madani, 2008, h. 30-31
[3] Ahmad Sabri,
2007, Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching, Ciputat: PT.
Ciputat Press, h. 124-125
[4]
Diakses dari http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html tanggal 24
April 2013 Pukul 10:50
[5] Melvin L.
Sillberman, Aktive Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung:
Nuansa, 2012, h. 122
[6]
Diakses dari http://akademistif.blogspot.com/2012/01/metode-listening-team.html tanggal 24
April 2013 Pukul 10:50
[7] Muhammad
Rifa’I, Fiqih Islam Lengkap, Semarang: PT. Karya Toha Putra,
1978, h. 79
[8] Zainuddin bin
Abdul Aziz al-Malibari al-Fannani, Terjemah Fathul Mu’in Jilid 1,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, h. 15-16
[9] Yahya Al
Mutamakkin, Terjemah Bidayatul Mujtahid, Semarang: PT. Toha Putra, 2003,
h. 79
[10] Tolhah Ma’ruf
dkk, Fikih Ibadah Panduan Lengkap Beribadah Versi Ahlussunnah, Jawa
Timur: Lembaga Ta’lif Wannasyr PP. Al Falah Ploso Mojo, 2012, h. 49
[11] Ibid,.
h. 75
[12]
Muhammad Rifa’I, Fiqih
Islam Lengkap,
Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 1978,
h. 93-94
[13]
Muhammad
Rifa’I, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: PT.
Karya Toha Putra, 2009, h. 33